Akhir-akhir ini, sebagian orang Islam dengan mudah mengatakan seseorang dengan sebutan Kafir ketika tidak sefaham dan seagama, malah cenderung sebagai ucapan kebencian.
Dalam ajaran agama-agama Nabi Ibrahim AS. yaitu; Yahudi, Nasrani dan Islam, masing-masing mengenal kata kafir yang mempunyai arti masing-masing sama yaitu, orang yg tidak beriman.
1. Faham Yahudi
Menurut Tanakh (Perjanjian lama), yang disebut "KAFIR" adalah bangsa-bangsa di luar Israel.
* Bilangan 23:9
LAI TB, Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari bukit-bukit aku memandang mereka. Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir (GOYIM).
GOYIM, sebagian besar ditujukan kepada bangsa-bangsa non-Yahudi, untuk membedakannya dengan bangsa Yahudi.
2. Kafir Dalam Perjanjian Baru
Istilah "KAFIR" dalam Alkitab terjemahan Indonesia diserap dari bahasa Arab untuk merujuk kepada suatukalangan "luar" (beda keimanan).
Telah kita pahami dalam bahasan di atas, bahwa pandangan orang-orang Yahudi, yaitu bangsa Israel, dari segi ilmu bangsa-bangsa (etnologi), istilah "KAFIR" ialah merujuk kepada orang-orang bukan Yahudi, sebagaimana yang disebutkan dalam bahasa Inggris "GENTILES" atau "HEATEN". Dalam segi rohani, "KAFIR/ GENTILES" ialah orang yang tidak ada pertobatannya, yang mana kehidupannya tidak beda dengan orang yang bukan Kristen, atau seperti pemungut cukai, Matius 18:17.
* Galatia 2:14
LAI TB, Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir (ETHNIKÔS) dan bukan secara Yahudi (ETHNOS), bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?"
Penjelasan diatas lebih rinci bisa dilihat disini.
Mungkin pembaca sudah memiliki definisi sendiri-sendiri makna dari kata kafir. Pada umumnya ada dua pendapat definisi kafir ini, yaitu: Pertama, orang-orang yang tidak mempercayai Allah dan Rasul-nya. Kedua, orang-orang yang diluar agama Islam. Pendapat pertama secara umum mempunyai arti sama dengan pendapat kedua karena berkaitan dengan kerasulan Nabi Muhammad SAW, namun ada sebagian orang Islam yang mengartikan rasul sesuai dengan kerasulannya sebelum nabi Muhammad SAW.
Ada perspektif lain yang mungkin menjadi pertimbangan untuk menggali pemahaman tentang kafir menurut Al-Quran.
4. Ashabul Kahfi.
Ashabul Kahfi adalah kisah 7 pemuda dan seekor anjing yang tertidur didalam gua selama 309 tahun. Dalam agama Katolik/Kristen kisah ini dikenal dengan "The Seven Sleeper" atau 7 pemuda dari Efesus. Goa Ashabul Kahfi terletak dikota Amman, Jordania.
Menurut versi agama Kristen, 7 pemuda dan seekor anjing itu hidup dijaman Kaisar Desius yang hidup sebelum kedatangan/kelahiran Yesus/Isa AS. Kaisar Desius ini adalah raja yang zalim, seluruh rakyatnya diperintahkan untuk menyembah dan menyajikan kurban untuk berhala-berhala. Karena menolak maka 7 pemuda tersebut melarikan diri dan bersembunyi didalam gua hingga tertidur selama 250 tahun. 7 pemuda tersebut terbangun dari tidurnya setelah Kekaisan Desius berakhir dan sudah wafatnya Yesus/Isa AS.
Turunnya ayat-ayat Al-Quran yang mengisahkan 7 pemuda dan seekor anjing ketika Nabi Muhammad kedatangan 3 orang Quraish, yang ingin menguji kerasulam Muhammad SAW dengan bertanya 3 pertanyaan, satu diantaranya soal 7 pemuda yang pergi pagi hari. Maka turunlah ayat-ayat dalam Surat Al-Kahfi tentang Ashabul Kahfi (orang-orang Gua).
Yang menarik dalam ayat-ayat yang turun tentang Ashabul Kahfi, ada satu ayat yg menjadi renungan untuk kita mengkaji kembali tentang definisi kafir sebagai berikut:
Surat Al-Kahfi ayat 13.
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
"Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk."
Tidak ada keterangan dalam Al-Quran tentang kenabian/kerasulan yang diimani oleh 7 pemuda tersebut. Dan pada ayat tersebut diatas dipakai kata Tuhan, Robbihim. Pada ayat 10, dikatakan doa pemuda tersebut dg menyebut kata Tuhan, Robbana. Jadi lebih luas lagi dipakai golongan manusia, tidak spesifik kata Allah.
Kemudian untuk melengkapi penjelasan tentang kafir menurut Al-Quran dengan memperhatikan pesan Nabi Yakub sebelum meninggal.
5. Pesan Nabi Yakub AS Sebelum Meninggal.Ketika Nabi Muhammad SAW didatangi orang-orang Yahudi, menyampaikan pesan atau wasiat Nabi Yakub AS untuk tetap memeluk agama Yahudi maka turunlah ayat Surah Al-Baqarah ayat 133:
أَمْ كُنتُمْ شُهَدَآءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ ٱلْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنۢ بَعْدِى قَالُوا۟ نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ إِلَٰهًا وَٰحِدًا وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ
"Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggal-ku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
Dilanjutkan ayat 136:
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
"Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
Pada ayat selanjutnya Allah pun memberi penjelasan terhadap mereka yg digolongkan sebagai musuh umat Islam dalam ayat 137:
فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا ۖ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ ۖ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Kita tidak mengetahui isi hati dan pikiran mereka, Nasrani, apakah mereka memegang teguh wasiat Nabi Yakub AS atau tidak mengetahuinya. Hanyalah Allah Yang Maha Mengetahui dan Allah akan memelihara kita ketika kita tidak melihat sikap permusuhan dari mereka. Dan kita diperintahkan untuk bersikap adil kepada mereka, Nasrani, seperti pada ayat 136 diatas.
Dari kisah Ashabul Kahfi dan Pesan Nabi Yakub AS tersebut diatas, marilah kita bersikap bijak kepada mereka agar pesan-pesan dalam Al-Quran bisa diterima oleh mereka sebagai agama akhir-jaman (terakhir) tanpa sikap permusuhan.
Kebenaran milik Allah, kekhilafan milik saya pribadi.
Wallahualam Bishawab.
Komentar
Posting Komentar